Catatan Yusuf Mansur Network
Kebanyakan orang saat ini jauh lebih takut akan kehilangan harta daripada kehilangan iman dan keyakinannya akan Allah Sang Pencipta jagat raya. Banyak orang telah menjadikan kesuksesan dalam kehidupan dunia sebagai tujuan utamanya. Padahal Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam memperingatkan kita bahwa jika dunia telah menjadi fokus perhatian utama, maka hidup seseorang bakal berantakan dan kemiskinan bakal menghantui dirinya terus-menerus.
مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ
فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ
“Barangsiapa yang menjadikan dunia ambisinya, niscaya Allah cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran (kemiskinan) menghantui kedua matanya dan Allah tidak memberinya harta dunia kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya.” (HR Ibnu Majah 4095)
Dan sebaliknya, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menegaskan bahwa hanya orang yang niat utamanya ialah kehidupan akhirat, maka hidupnya bakal berada dalam penataan yang rapih dan hidupnya akan dihiasi dengan kekayaan hakiki, yakni kekayaan hati. Bahkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjamin orang tersebut bakal memperoleh dunia dengan jalan dunia yang datang kepada dirnya secara tunduk bahkan hina, bukan sebaliknya, ia yang harus mengejar dunia dengan hina sehingga merendahkan martabat diri.
وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ
وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
“Dan barangsiapa menjadikan akhirat keinginan (utamanya), niscaya Allah kumpulkan baginya urusan hidupnya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya (dengan tunduk).” (HR Ibnu Majah 4095)
Apa yang dapat kita simpulkan dari hadits Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam di atas? Kesimpulannya ialah jika seorang hamba hidup dengan senantiasa sadar dan yakin bahwa Allah adalah Pemberi Rezeki sesungguhnya dan bahwa tugasnya sebagai orang beriman ialah terus-menerus mengokohkan keyakinan akan hidup yang sesungguhnya ialah di kampung akhirat nan kekal, bukan di negeri dunia nan fana ini, maka dengan sendirinya Allah-pun akan membalas keyakinannya yang mulia dan benar itu dengan balasan yang selayaknya sebagaimana Allah sendiri janjikan di dalam KitabNya:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl ayat 97)
Barangsiapa ber’amal sholeh, maka Allah jamin kehidupannya bakal baik di dunia dan Allah bakal balas dengan yang jauh lebih baik dari ’amal sholehnya di akhirat kelak. Namun, saudaraku, itu semua dengan syarat yang sangat fundamental, yaitu ”dalam keadaan beriman.” Dan iman yang paling pokok ialah ber-tauhid. Termasuk di dalamnya ialah hanya bergantung kepada Allah Yang Maha Ahad (Esa), tidak bergantung kepada apapun atau siapapun selain Allah.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam memberikan kabar gembira kepada setiap muwahhid (ahli tauhid). Bahwa hidup mereka bakal dijauhkan dari kemiskinan. Dan untuk memperoleh jaminan tersebut ternyata cukup dengan setiap kali pulang ke rumah membaca ayat pertama surah Al-Ikhlas sebelum masuk ke dalam rumah. Tentunya itu semua dilakukan bukan sekedar sebagai mantera berupa komat-kamit di bibir belaka. Namun ia mestilah diiringi dengan keyakinan penuh akan makna dari ucapan kalimat tersebut: “Qul huw-Allahu Ahad” (Katakanlah: Allah itu Maha Esa). Artinya, ucapkanlah sambil meyakini sedalam mungkin di dalam hati bahwa tidak ada tempat selain Allah untuk memohon dan mengharapkan datangnya rezeki berkah yang bakal mencukupi hidup kita plus hidup anak-istri plus biaya kita untuk beribadah, ber’amal, berda’wah dan berjihad di jalan Allah Ta’aala.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
" مَنْ قَرَأَ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} [الإخلاص : 1 ]
حِينَ يَدْخُلُ مَنْزِلَهُ نَفَتِ الْفَقْرَ
عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْمَنْزِلِ ، وَالْجِيرانِ ".
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca “Qul huw-Allahu Ahad” (surah Al-Iklash ayat pertama) ketika masuk ke dalam rumahnya, maka kefakiran (kemiskinan) bakal tertolak dari penghuni rumah tersebut dan kedua tetangganya.” (HR Thabrani)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan manusia (penagih hutang/debt collector).”
Mario Teguh Golden Ways - MASA DEPAN TAK PASTI
Senin, 26 April 2010
Sahabat Indonesia yang super,
yang sedang memastikan bahwa yang dilakukannya memperbesar kemungkinan keberhasilan masa depannya.
Mudah-mudahan sapa saya di Selasa yang sama kemungkinannya bagi keberkahan hidup kita dengan hari lain dalam minggu yang menantang ini, menjumpai Anda dalam kesehatan dan kesungguhan kerja yang super.
Saya pernah menerima pertanyaan dari seorang rekan, mengenai tujuan dari dua paragraph di atas, yang selalu menjadi pembuka dari sapa saya kepada para sahabat.
Saya sampaikan kepadanya, bahwa jika seseorang tidak sempat membaca keseluruhan tulisan saya, dua paragraph itu berisi doa-doa yang sudah lebih dari cukup, karena jika dia meng-amini-nya dan menyesuaikan kesungguhan kerjanya, apa lagikah yang dibutuhkannya?
Dalam ketidak-pastian kehidupan kita hari ini, tidak ada satu orang pun yang bisa mengabaikan tambahan doa bagi kebaikan hidupnya.
So …, MASA DEPAN TAK PASTI, itu adalah judul MT Golden Ways di Metro TV pada Minggu malam yang lalu, yang hari ini saya sampaikan sedikit ulasannya, untuk penikmatan di ruang keluarga kita yang ramah dan santun ini.
Please kindly enjoy, absorb, and apply.
………..
Mario Teguh Golden Ways
MASA DEPAN TAK PASTI
………..
Sahabat saya yang hatinya baik,
Ijinkan saya memulai dengan menyimpulkan yang sebetulnya telah benar sepanjang sejarah kemanusiaan, bahwa …
Masa depan memang selalu tidak pasti.
Ketidak pastian masa depan bukanlah sesuatu yang baru saja terjadi. Karena, kepastian masa depan adalah kewenangan penuh Tuhan, bahkan sebelum penciptaan waktu.
Maka, anjurannya bagi kita adalah:
1. Damaikanlah diri ini dengan kenyataan bahwa memang masa depan akan selalu tidak pasti.
2. Ikhlaskanlah diri ini untuk menjadi sebaik-baiknya SEBAB bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup kita.
………..
Maka, marilah kita pegang logika pembongkar batasan mental berikut ini, yang mungkin selama ini mengusik kedamaian kita
Jika segala sesuatu tidak pasti, maka semuanya mungkin.
Jika adik-adik dan anak-anakku terkasih, merasa tidak pasti lulus, berarti ada kemungkinan untuk lulus.
Tinggal sekarang, apakah kalian termasuk murid dan mahasiswa yang sikap dan perilakunya PANTAS untuk lulus. Sebetulnya, … itu saja.
Jika kita memulai usaha sendiri, karena ingin memenuhi panggilan hati untuk menjadi pribadi yang bebas membangun kemandirian finansial - akan selalu ada kemungkinan untuk gagal. Tetapi, itu juga berarti akan selalu ada kemungkinan untuk berhasil.
Tinggal sekarang, apakah kita termasuk pribadi yang tulus dalam melayani bagi keuntungan pelanggan kita, rajin, bekerja keras, menggunakan hasil dari usaha sebagai penguat usaha berikutnya, dan sebagai penafkah yang jujur bagi kebaikan keluarga.
Itu sebabnya, tugas kita BUKAN HANYA berupaya, tugas kita adalah berupaya dengan kejujuran yang utuh, dengan kesungguhan yang penuh, dan dengan niat yang murni untuk berperan bagi kebaikan kehidupan sesama.
Upaya adalah pengubah nasib.
Jangan pernah sepelekan upaya.
Jangan pernah katakan HANYA bagi upaya Anda.
Memang betul semuanya ditetapkan dan ditentukan oleh Tuhan. Tetapi upaya Anda adalah KEHARUSAN yang ditetapkan oleh Tuhan sebagai syarat pemenuhan semua permintaan Anda.
Jangan pernah katakan ‘kita HANYA berupaya.’
Upaya adalah syarat. Tuhan tidak akan mengubah nasib sebuah kaum, KECUALI jika kaum itu berupaya.
Berarti, bagi orang yang TIDAK berupaya, tidak ada apa dan siapa pun yang bisa menolongnya, karena Tuhan tidak akan mengubah nasib orang itu, kecuali jika dia berupaya.
Itu sebabnya, tidak ada orang tua, Presiden, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, Kepala Desa, dan tidak ada pemuka apa pun yang bisa menolong warganya yang malas dan gemar berkecil hati.
Upaya adalah pengubah nasib.
Jangan pernah katakan HANYA untuk upaya.
………..
Sahabat saya yang besar impian-impian hatinya,
Masa depan memang tidak pernah pasti.
Tetapi, …
Justru dalam keadaan yang tidak pasti, kita berkesempatan untuk mencoba yang tidak mungkin dalam keadaan biasa .
Apakah ada paksaan yang lebih hebat untuk belajar, daripada rasa takut karena kemungkinan besar kita tidak lulus?
Apakah ada kekuatan yang lebih besar untuk mengingatkan kita, agar kita menjadi murid dan mahasiswa yang baik, selain saat kita sangat ketakutan tidak lulus?
Tetapi akan selalu ada murid dan mahasiswa yang belajar untuk takut dan kemudian TIDAK takut, TANPA memperbaiki sikap dan perilaku. Mereka akan memasuki masa depan yang pasti tidak damai, yang pasti tidak membanggakan, dan yang pasti sulit dihargai tinggi oleh orang yang akan mempekerjakannya nanti.
Maka marilah kita mencoba melakukan yang selama ini sudah kita ketahui sebagai yang baik.
Siapa pun yang menunda melakukan yang baik,
harus ikhlas hidup dan bernafas dalam kegelisahan.
Maka,jika kegelisahan adalah hadiah bagi penundaan dan penghindaran kita dari bersikap dan berlaku baik,
BERARTI …
Kedamaian dan kegembiraan adalah hadiah bagi penyegeraan dan kesungguhan kita untuk bersikap dan berlaku baik.
Sahabat saya, … Anda sangat disayangi oleh Tuhan.
Sekarang,
cobalah pikirkan yang ini,
dan lihatlah melalui jendela hati Anda yang mulia:
Siapakah yang lebih berpedih hati?
Tuhan, yang menyangi kita, tetapi ‘terhalangi’ oleh ketidak-sediaan kita untuk bersikap dan berlaku yang menjadikan-Nya ‘bebas’ menghadiahi kita dengan rahmat bagi upaya kita?
Atau,
Orang yang gemar mendahulukan istirahat dan kesenangan sementara, yang menunda yang sudah diketahuinya harus dilaksanakan, yang hanya berdoa tetapi tidak bertindak, yang bertindak kecil tetapi meminta yang besar, dan yang berprasangka tidak ramah kepada niat-niat mulia Tuhan?
Siapakah yang lebih berpedih hati?
Marilah kita ikhlaskan hati kita untuk menerima, bahwa …
Kebahagiaan Tuhan adalah pembuka pintu-pintu rahmat.
Bukankah telah lama disampaikan berita gembira ini kepada kita?
Bahwa, …
Dalam peran kita bagi kemanusiaan, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.
Dan, …
Dalam hubungan kita dengan Tuhan, sebaik-baik manusia adalah yang dekat dan taat kepada Dzat Yang Tiada Berbanding.
My dearest friend, … faith is beautiful!
… iman itu indah.
………..
Sahabat saya yang super
Begitu dulu ya?
Jika Anda menginginkannya, saya akan melanjutkan bahasan mengenai upaya untuk menjadi penyebab bagi kepastian kualitas hidup kita di masa depan, dalam Golden Points berikutnya.
Mudah-mudahan sedikit bahasan mengenai upaya kita sebagai pribadi nyata yang berupaya berperan dalam kegaiban masa depan ini, berguna bagi Anda, dalam memajukan kedamaian dan kegembiraan dalam diri Anda.
Mudah-mudahan Tuhan men-tegaskan sikap kita saat kita seharusnya tegas, menguatkan kita bagi beban-beban yang besar, dan memampukan kita untuk merampungkan pekerjaan-pekerjaan yang penting bagi kesejahteraan dan kebahagiaan kita bersama keluarga terkasih.
Sampai kita bertemu dan berjabat-tangan suatu ketika nanti, dan terlibat dalam perbincangan yang akrab dan penuh kegembiraan, dalam persaudaraan dan persahabatan yang tulus.
Mohon disampaikan salam sayang dari Ibu Linna dan saya, untuk keluarga Anda tersayang.
Loving you all as always,
Mario Teguh
Jodoh yang berakhlak menuai Rumah Tangga Sakinah
Selasa, 20 April 2010
Catatan Yusuf Mansur Network
Saya sering melihat rubrik kontak jodoh di salah satu media cetak di Ibukota. Bukan, Bukan karena saya berniat ingin mencari jodoh lagi, tapi hanya sekedar iseng yang benar-benar iseng. Siapa tahu ada teman yang mengiklankan diri di situ, kan bisa jadi bahan ledekanku untuknya. Salah satu contoh isi iklan perjodohan yang sering kulihat itu adalah seperti ini misalnya: Seorang wanita, 25 tahun, Sarjana, tinggi badan 160 cm, bb 43 kg, berkulit putih mulus, wajah manis, Islam, pintar mengaji, keibuan dan Pandai Memasak Mendambakan: Seorang laki-laki, perjaka tulen, minimal 26 tahun, lulusan pasca sarjana, berpenghasilan tetap (swasta/PNS), tinggi badan minimal 170 cm dengan berat badan seimbang, Islam taat, Pandai mengaji dan bersifat kebapakan.
Coba kita lihat iklan tersebut, dan perhatikanlah. Niscaya kita akan menemukan sebuah fakta bahwa seorang wanita pada umumnya menginginkan pasangan (calon suami) yang memiliki spesifikasi yang lebih baik dari spesifikasi yang dimilikinya. Baik itu dari segi fisik, tingkat pendidikan atau hal-hal kasat mata lainnya. Menurut saya hal ini sangat wajar. Karena bagaimanapun juga seorang lelaki akan menjadi pemimpin dalam sebuah rumah tangga, jadi semakin bagus kualitasnya akan semakin baik bagi keluarganya kelak. Begitu kondisi idealnya.
****
Kembali kepada kisah Pak Asmadi dan isterinya, saya menjadi tersadarkan bahwa ternyata tidak semua wanita melihat kualitas calon suami hanya dari kasat mata yang tampak saja. Rasa penasaran saya muncul menggelitiki hati, membuat saya secara diam-diam ingin menyelidiki apa alasan Isteri Pak Asmadi begitu bangga dan mencintai suaminya yang ”hanya” seorang tukang ojeg dan hanya berpendidikan setingkat SLTA.
Sementara isterinya adalah wanita karir yang sukses yang memiliki pendidikan dan jabatan yang tinggi. Tidak ada rasa malu padanya akan ”kesenjangan” itu. Suatu hari dalam perjalanan menuju kantor, Pak Asmadi mengajukan sebuah pertanyaan pada saya
”Mbak, tahu ngga resep saya supaya tidak pernah mengalami kecelakaan di jalan atau supaya tidak pernah kena razia polisi jalan?” Saya pura-pura berpikir lantas menjawab ”hmm... tidak tahu pak, apa resepnya?” ”Berdzikir mbak..” jawabnya. ”Berdzikir itu mengingat kepada Allah, bisa dilakukan di mana saja, kalau kita sehabis melaksanakan sholat baik itu sholat fardhu atau shola sunnah, usahakan jangan langsung kAsmadir dan berdiri, dzikirlah terlebih dahulu.
Dzikir juga tidak hanya dilakukan setelah sholat, tapi bisa di mana saja, termasuk di jalan raya ketika mengendarai sepeda motor seperti saya ini” ”Bapak rajin ber-dzikir? ” saya bertanya untung memancing. “Alhamdulilah mbak, setiap selesai sholat saya selalu berdzikir, bahkan dalam perjalanan saya dari rumah sampai ke stasiun saya juga selalu berdzikir, kalau tidak salah ada dalam Al-quran perintah untuk mengingat Allah dalam keadaan duduk maupun beridir, itu artinya dalam keadaan apapun kita harusnya selalu mengingat Allah kan mbak?”
“Iya, betul pak, Berdzikir dengan mengingat Allah membuat hati kita merasa tenang dan tentram, itulah mungkin yang membuat Bapak jadi tidak pernah mengalami kecelakaan saat mengendaria sepeda motor, karena saat itu Bapak berdzikir sehingga pikiran dan hati Bapak menjadi tenang, berkendaraan pun jadi tenang “ jawabku menyimpulkan. Ternyata dari Pak Asmadi, terdapat banyak hikmah. Saya bisa memunguti hikmah-hikmah itu untuk diri saya. Sekaligus menyadari bahwa Pak Asmadi ternyata orang yang taat beragama lagi berakhlak mulia, wajarlah jika sang isteri begitu mencintainya.
***
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasullullah pernah bersabda ”Jika datang kepada kalian orang laki-laki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia, karena jika tidak maka akan menjadi fitnah di bumi dan juga kerusakan.” Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, meskipun pada diri orang tersebut terdapat kekurangan?” Beliau menjawab, ”Jika ada orang laki-laki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian, maka nikahkanlah dia” Artinya, jika kalian tidak menikahkan orang laki-laki yang taat beragama lagi berakhlak mulia meskipun tidak kaya atau tidak terhormat atau tidak kufu’, sedang kalian lebih menyukai orang laki-laki yang kaya, terhormat, lagi terpandang meskipun tidak taat beragama dan tidak berakhlak mulia, niscaya hal tersebt akan mengakibatkan kerusakan yang parah.
Mungkin akan banyak wanita yang hiduo tanpa suami dan banyak pula laki-laki yan hidup tanpa isteri. Akhirnya banyak perzinaan san tersebar pula perbuatan keji. Rasulullah SAW menyebutkan akhlak bersaaan dengan agama, karen akhlak berperan sangat penting sekali dalam kehidupan rumah tangga.
Akhirnya muncul kesan bahwa tingkah laku bururk itu disebabkan oleh agama. Padahal yang demikian itu merupakan keyakinan yang salah, karena Agama memerintahkan untuk mempergauli isteri secara baik.
***
Kini terjawablah sudah rasa kepenasaran saya. Isteri Pak Asmadi ternyata benar-benar telah menjalankan sabda Rasullullah SAW tersebut. Menentukan suami pilihannya adalah seorang yang taat beragama dan berakhlak mulia meskipun tidak kaya, tidak terhormat atau tidak se kufu’ dengannya. Satu pelajaran berharga yang bisa saya ambil darinya.
Langganan:
Postingan (Atom)